Tingginya Kasus TBC di Indonesia, Berikut Langkah Dinkes Dumai

BERITA80 Dilihat

DUMAI – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu dari masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2023, Indonesia menjadi Negara dengan beban TBC kedua terbesar di dunia setelah India dengan estimasi sebanyak 969.000 kasus TBC di Indonesia dengan angka notifikasi saat ini yaitu 809.000 kasus.

Disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai dr H Syaiful MKM, bahwa Implementasi strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) atau pengawasan langsung menelan obat jangka pendek atau setiap hari dalam Program Penanggulanggan TB secara Nasional untuk pencapaian SPM, Selasa (11/6/2024).

Ditambahkan dr Syaiful, hal ini menggunakan indikator penemuan kasus TB 85 % kasus baru TB Paru dengan keberhasilan pengobatan minimal 90%, sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 pertahun. Penyakit TB menyerang dari berbagai golongan masyarakat, sebagian besar diderita oleh kelompok usia kerja produktif.

“Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan prevalensi TB paru di masyarakat antara lain dengan meningkatkan cakupan penemuan penderita TB paru BTA (+) untuk diobati dengan strategi DOTS,” kata Kadinkes Dumai.

Dipaparkan Kadinkes Dumai bahwa salah satu program prioritas yang tengah digalangkan pemerintah dalam program TB adalah upaya penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) dengan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT).

“Program ini merupakan salah satu prioritas program penanggulangan Tuberkulosis dalam rangka mencapai Eliminasi TB Tahun 2030. Kegiatan pemberian TPT perlu melibatkan semua pihak dari berbagai lintas sektor,” ujar mantan Direktur RSUD Dumai ini menyampaikan.

Terakhir, dr Syaiful menambahkan bahwa salah satu yang berperan penting dalam menjalankan program ini adalah organisasi kemasyarakatan dan juga kader kesehatan yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan promosi, sosialisasi, merujuk ke fasyankes dan memantau kepatuhan pengobatan pasien yang diberikan TPT.

“Selain itu ketersediaan logistik yang memadai di tingkat IFK hingga ke Faskes juga memiliki peran yang penting dalam kelancaran menjalankan program ini,” tukasnya mengakhiri.***

Komentar