Mengapa DBH Migas Dumai Harus Dikawal?

BERITA357 Dilihat

DUMAI – Oleh: Chandra Abdul Ghani

Memang benar ada nya.
Saya CHANDRA ABDUL GANI, sebagai salah satu pelaku atas keberhasilan perjuangan Dana Bagi Hasil (DBH) 1% memandang perlu hadir nya sebuah Badan atau Lembaga yang berfungsi sebagai monitoring atau pengawasan, agar penambahan anggaran yang berasal dari DBH 1% tersebut menjadi tepat guna dan tepat sasaran.

Berikut ulasan dan pernyataan dari tokoh senior GENOT WIDJOSENO,
Seorang Jurnalis dan Dewan Pakar Tim Perumus Atas Kebijakan-Peralihan Pengelolaan Blok Rokan (TPAK-P2BR):

“Pertama sekali, saya harus memberi disclaimer bahwa saya bukan warga Kota Dumai. Namun saya diberi kepercayaan menjadi salah satu anggota dewan pakar Tim Perjuangan DBH Migas Dumai. Karena itu saya merasa masih mengemban tanggung jawab moral untuk menuntaskan perjuangan ini.

Kedua: awal pergerakan Tim menggunakan hashtag #DumaiDapatApa. Kini setelah berhasil memperoleh peningkatan DBH Migas, saya menyarankan Tim untuk beralih hashtag #SetelahDapatLaluKawal. Setelah dapat lalu kawal.

Begini alasannya.

DBH Migas Dumai ini diperjuangkan murni dari warganya. Bukan dari kalangan penyelenggara pemerintahan. Saya tahu, gerakan ini berawal dari warga. Murni aspirasi seorang warga Dumai bernama Agoes Budianto pada tahun 2019, dua tahun sebelum alih kelola Blok Rokan. Kemudian berkembang menjadi gerakan, yang mengkolaborasikan beberapa kelompok masyarakat strategis, lalu baru didukung kalangan DPRD dan Pemerintah Kota Dumai.

Dan seperti kita ketahui bersama, alhamdulillah perjuangan ini berhasil. Pada 2023 Pemkot Dumai memperoleh peningkatan DBH Migas menjadi sebesar Rp 369 miliar.

Dana itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, kualitas kesejahteraan, kebudayaan dan kemajuan ekonomi masyarakat Dumai, di luar anggaran yang dikelola Pemkot.

Dumai sangat butuh percepatan dan penguatan SDM terdidik dan terampil untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompetitif, disruptif dan mematikan (zero sum game).

Suatu daerah akan bergerak maju bersamaan dengan meningkatnya kualitas manusianya secara massif. Jika tidak, Dumai akan bernasib seperti Provinsi Riau dan daerah kaya sumber alam lainnya, yakni mengalami kutukan daerah kaya (paradox of the plenty). Daerah kaya yang berlimpah sumber daya alam namun ekonomi, infrastruktur dan warganya miskin. Kualitas demokrasi dan penegakan hukum masih parah.

Peningkatan kualitas manusia menjadi modal utama suatu daerah mengejar ketertinggalannya.

Lalu bagaimana dengan kualitas manusia Dumai?

Jangankan dibandingkan dengan negara tetangga (Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam), sedangkan dengan kabupaten dan provinsi tetangga di Sumatera ini saja kualitas sumber daya manusia Dumai masih ketinggalan. Lihat saja posisi-posisi strategis dan menentukan pada perusahaan-perusahaan nasional dan swasta yang ada di sini. Berapa banyak yang diisi warga lokal? Apakah kondisi seperti ini akan dibiarkan terus?

Pemanfaatan DBH Migas Dumai cenderung tidak diketahui dan tidak melibatkan publik. Hal ini mengkhawatirkan. Karena menurut pengalaman daerah lain, penggunaan dana ini tidak sepenuhnya tepat sasaran dan tidak memberikan manfaat yang sesuai bagi masyarakat di daerah-daerah produksi/pengolah minyak bumi dan gas Indonesia.

Sudah saatnya kita mengadopsi strategi pembangunan inklusif. Pembangunan yang melibatkan publik dan kepentingan warganya, mulai dari perencanaan, penentuan program, pelaksanaan hingga evaluasi.

Tim Perumus Atas Kebijakan-Peralihan Pengelolaan Blok Rokan (TPAK-P2BR) yang sejak awal menginisiasi dan memperjuangkan DBH Migas Dumai berhak mengawal dan mengetahui untuk apa saja dana tersebut dimanfaatkan. Bahkan memiliki hak untuk terlibat dalam menentukan item-item pemanfaatannya. Sehingga menjadi hal yang wajar jika Tim melanjutkan perjuangan ini dengan mendirikan Posko Kawal Dana DBH Migas Dumai. Begitulah model pembangunan inklusif yang berlaku di negara-kota modern dunia.

Peningkatan kualitas pendidikan Dumai harus didorong dengan pemberian beasiswa bagi mahasiswa Dumai. Kita tahu biaya pendidikan tinggi Indonesia masih tinggi, makin tidak terjangkau keluarga menengah-bawah. Dengan bantuan beasiswa untuk mahasiswa Dumai ini diharapkan Dumai segera mendapat SDM terdidik, berkualitas dan siap membangun Kota Dumai.

Kita dapat mencontoh Jakarta. Saya ambil beberapa:

1. Pemberian beasiswa untuk mahasiswa lokal ini sudah diterapkan di DKI Jakarta sejak 2016. Dan terbukti berhasil meningkatkan kualitas dan kompetensi warga Jakarta.

2. Pemberian susu buat siswa TK-SD. Bisa untuk selama sepekan atau hanya untuk tiga hari sepekan (Senin-Rabu-Jumat). Susu untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak-anak kita, anak-anak Dumai.

3. Pemberian extra-meal (tambahan asupan gizi) buat siswa TK-SD.

4. Pelatihan untuk semua warga Dumai lulusan SMP/SMA/SMK sampai mereka mendapat sertifikat. Sehingga dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan SDM di seluruh sektor industri yang ada di Dumai.

Kemudian untuk penguatan budaya Melayu Dumai.

1. Pembangunan gedung budaya Dumai, tempat berkreasi bertaraf internasional agar Dumai dikenal sebagai Kota Budaya selain sebagai Kota Pelabuhan. Ada beberapa pilihan: membangun Dumai Culture Hub, Dumai Culture Center atau Dumai Heritage.

2. Booster anggaran untuk even-even budaya dan seni di Kota Dumai. Pertunjukan dalam segala bidang seni (musik, tari, drama, puisi) harus diadakan setiap pekan. Segala budaya dari suku-suku yang ada di Dumai harus dibantu pembiayaannya oleh Dana DBH Migas Dumai untuk mengadakan pertunjukan di sini. Mulai dari budaya Melayu (Siak, Bengkalis, Indragiri, Rokan, Deli), Jawa, Batak, Minang, Cina, sampai Bugis, Melayu Malaysia, Melayu Kepulauan dan lain-lain.

Ini semua agar Dumai menjadi destinasi wisata budaya di Riau.

Untuk peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Dumai dapat dibuatkan fasilitas air bersih di kampung-kampung. Fasilitas dibangun di tengah permukiman sehingga masyarakat sekitar bisa memanfaatkan air bersih. Dibangun satu rumah/bedeng berisi mesin pompa air tenaga besar (sumber listrik atau genset) dan saluran ledeng yang bisa dimanfaatkan setiap saat.

Merebut Masa Depan

Hampir 25 tahun Dumai menyandang status sebagai Kota. Dumai sedang bergerak menuju Kota Besar yang modern dengan populasi ±300 ribu jiwa, dan dipastikan akan terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, terutama yang berasal dari peningkatan aktivitas di kawasan strategis serta sektor pelabuhan dan kemaritiman.

Ingat, ekonomi kawasan semenanjung Malaka ini selalu mencatat indeks tinggi dari zaman dahulu hingga sekarang. Kawasan ini tidak pernah sepi dari gerak ekonomi dan peradaban. Selalu berdenyut.

Dan Kota Dumai ada di dalam bagian ceruk geografis dan ekonomi yang bertuah tersebut.

Diperlukan manusia-manusia Dumai yang smart dan berkualitas untuk bisa memanfaatkan peluang emas tersebut.”

Genot Widjoseno
Jurnalis, Anggota Dewan Pakar TPAK-P2BR.

Editor: Redaksi

Komentar