Peduli Angka Stunting Tinggi, Mahasiswa Kukerta UNRI Edukasi Warga

BERITA549 Dilihat

PEKANBARU – Angka stunting di kota Pekanbaru berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensinya masih berada diangka 11,4 persen, sementara target Pemerintah Kota Pekanbaru pada tahun 2022 menargetkan angka 9,45 persen.

Untuk menggenjot penurunan angka stunting tersebut, mahasiswa Peserta Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) UNRI ikut ambil bagian membantu pemerintah dalam pencegahan dan penurunan angka stunting di Riau. Hal tersebut terlihat dalam sosialisasi bahaya stunting dan strategi penyelesaiannya yang berlangsung di Posyandu RW 05 Kelurahan Pematangkapau, Pekanbaru, Jumat (5/8/2021).

Mahasiswa Kukerta dari Fakuktas Kedokteran UNRI, Auren Nathania, yang menjadi penanggungjawab program kerja menjelaskan bahwa kegiatan sosialisasi yang disambut baik warga tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadartahuan khususnya para ibu warga di sekitar kelurahan tersebut.

“Dengan semakin banyaknya ibu-ibu yang mendapatkan edukasi ini diharapkan maka mereka bisa mencegahnya mulai dari keluarga masing-masing. Ini juga menjadi aksi nyata kami mahasiswa untuk mengambil bagian dalam upaya pengentasan stunting di Indonesia, khususnya di Riau,” ujarnya.

Menurut Auren, kasus stunting banyak diperbincangkan terutama dikalangan ibu-ibu yang mempunyai anak balita. Dijelaskan, stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Dalam sosialisasi tersebut, disebutkan stunting atau kerdil merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah 5 tahun akibat kekurangan asupan gizi kronis terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang terhitung sejak anak dalam kandungan sampai berusia 2 tahun.

“Waktu tersebut menjadi periode emas untuk mencegah stunting,“ tambahnya.

Menurutnya, jika tidak dicegah dalam kurun waktu tersebut, maka potensi gangguan pertumbuhan maupun perkembangan yang diakibatkan oleh masalah gizi kronis ini umumnya akan menjadi permanen atau tidak dapat dikoreksi lagi.

Diketahui, anak stunting cenderung lebih kerdil dibanding anak seusianya. Namun, anak pendek belum tentu stunting akibat masalah gizi kronis. Bisa saja karena faktor keturunan. Jadi, perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga kesehatan terlatih untuk menentukan apakah seorang anak pasti stunting akibat masalah gizi kronis atau tidak.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan sulit mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Hal inilah mengapa cegah stunting itu penting.***(rhs)

Komentar