Ahli Harvard Ungkap Pekerjaan yang Bikin Orang Menderita

Ahli Harvard Ungkap Pekerjaan yang Bikin Orang Menderita
Foto: Ilustrasi (Designed by Jcomp / Freepik)

JAKARTA - Kebanyakan orang melakukan sebuah pekerjaan bukan karena menyukai pekerjaan tersebut, tetapi karena kebutuhan yang harus di penuhi setiap harinya.

Terus menerus bekerja bisa meningkatkan resiko stres bahkan sakit secara fisik. Terlepas dari itu, ternyata ada pekerjaan yang justru membuat seseorang merasa menderita dan kesepian.

Hal ini tentu semakin membuat tingkat stres jadi berkali lipat. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti Harvard selama 85 tahun menunjukkan bahwa ada pekerjaan yang membuat seseorang tidak merasa bahagia dan kesepian.

Pekerjaan tersebut ialah pekerjaan yang minim interaksi sosial positif, dikutip dari CNBC Kamis (20/07/2023).

Para peneliti Harvard sejak 1938, telah mengumpulkan catatan kesehatan lebih dari 700 peserta dari seluruh dunia.

Selain itu, mereka juga melakukan survei dengan pertanyaan terkait kehidupan peserta penelitian setiap dua tahun.

Hasilnya, studi menyimpulkan bahwa interaksi sosial yang positif adalah hal utama yang bisa membuat seseorang bahagia sepanjang hidup mereka. Hal ini juga berlaku dalam pekerjaan.

"Ini adalah kebutuhan sosial yang harus dipenuhi dalam seluruh aspek kehidupan kita. Selain itu, jika Anda sering bersosialisasi dengan orang lain,"

"Anda akan merasa lebih puas dengan pekerjaan dan akan bekerja lebih baik," jelas profesor psikiatri di Harvard Medical School, Robert Waldinger.

Jenis pekerjaan yang paling tidak bahagia Penelitian menyebutkan, pekerjaan yang paling minim interaksi sosial sehingga sebagian besar pekerjanya tidak bahagia.

Menurutnya adalah sopir truk, petugas keamanan malam, kurir pesan-antar makanan daring, ritel daring, hingga karyawan gudang yang bekerja sangat cepat.

Waldinger mengatakan, pekerjaan-pekerjaan itu minim interaksi sosial karena para pekerja dituntut untuk bekerja dengan cepat dan mandiri sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Namun, kesepian tidak hanya menimpa mereka yang bekerja sendirian. Orang dengan pekerjaan sosial yang sibuk pun juga bisa merasa terisolasi jika mereka tidak memiliki interaksi yang positif dan bermakna dengan orang lain, salah satu contohnya adalah customer service.

"Kami tahu bahwa orang-orang customer service sering kali sangat tertekan oleh pekerjaan mereka, terutama ketika mereka berbicara di telepon sepanjang hari dengan orang-orang yang penuh emosi," katanya.

Seiring dengan hal tersebut, para peneliti juga menemukan bahwa meluangkan waktu untuk bersosialisasi di tempat kerja, seperti mengobrol ringan dengan rekan kerja terbukti dapat memulihkan dan membantu meringankan perasaan kesepian dan ketidakpuasan para pekerja.

Namun, beberapa atasan menganggap bahwa produktivitas karyawan akan menurun jika mereka mengobrol atau tertawa bersama di kantor, padahal yang terjadi justru sebaliknya.

Sebuah laporan pada 2022 dari Gallup menunjukkan bahwa orang yang memiliki sahabat di tempat kerja lebih produktif daripada mereka yang tidak memiliki teman.

Saat mencari pekerjaan, sebagian besar orang menganggap kompensasi dan asuransi kesehatan adalah sumber kebahagiaan.

Namun, Waldinger dan Direktur Asosiasi Harvard Study of Adult Development, Marc Schulz berpendapat bahwa hubungan kerja adalah sumber kebahagiaan yang harus lebih diperhatikan.

"Hubungan yang positif di tempat kerja mampu mengurangi tingkat stres seseorang, menghasilkan sosok pekerja yang lebih sehat, dan perasaan yang lebih bahagia sepulang kerja," ujar Waldinger dan Schulz dalam buku The Good Life.***

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index