Menyusuri Green Canyon Riau, Menemukan Pesona Gulamo dan Kisah Desa yang Hilang

Jumat, 19 September 2025 | 02:52:23 WIB
Foto: dok pribadi

DUMAI - Perjalanan panjang dari Dumai menuju Kabupaten Kampar akhirnya terbayar tuntas ketika sampan perlahan memasuki Sungai Gulamo. Bersama istri dan dua orang teman, saya menempuh lebih dari lima jam perjalanan darat dari Dumai menuju Danau PLTA Koto Panjang.

Rasa penat di jalan langsung sirna begitu sampan mulai berlayar di atas air danau yang tenang, dikelilingi batang-batang pohon tergenang yang menjulang kaku, saksi bisu dari kisah desa-desa yang dulu hilang ditelan air.

Dari Dumai ke Gulamo

Perjalanan darat dari Dumai membawa kami melewati lintasan jalan lintas Sumatera. Hamparan perkebunan sawit dan deretan bukit hijau menjadi pemandangan utama sepanjang jalan. Sesampainya di Danau PLTA Koto Panjang, kami melanjutkan perjalanan dengan sampan bermotor menuju Sungai Gulamo.

Way, seorang pemandu wisata yang sehari-hari juga bekerja sebagai peladang, menjadi pengemudi sampan kami. “Kalau libur nasional atau Idul Fitri, pengunjung sangat ramai. Sampan bisa bolak-balik sampai sepuluh kali,,” ujarnya sambil menyalakan mesin perahu.

Menyusuri Green Canyon ala Riau

Air danau tampak sunyi, hanya terdengar deru mesin perahu. Batang-batang pohon yang setengah tenggelam menjadi pemandangan utama. Dari cerita warga, pepohonan itu dulunya sengaja ditenggelamkan ketika bendungan PLTA dibangun.

Perlahan jalur air mulai menyempit, udara menjadi lebih sejuk, dan warna air berubah menjadi hijau terang. Inilah Sungai Gulamo, sering disebut Green Canyon Riau. Tebing-tebing batu yang tinggi dengan pepohonan rindang di puncaknya menambah kesan eksotis.

Di beberapa titik, air terjun kecil jatuh dari tebing, menambah suasana magis perjalanan. Semakin ke dalam, perahu melewati batu-batu besar yang indah. Air yang jernih memperlihatkan hamparan pasir putih di dasar sungai. Di sinilah wisatawan bisa berhenti sejenak untuk berenang atau sekadar merendam kaki.

“Kalau mau dokumentasi yang bagus, biar saya yang fotokan,” ujar Way, sembari sigap mengambil kamera ponsel kami.

Jejak Desa yang Hilang

Namun di balik keindahan Gulamo, tersimpan cerita pilu. Bendungan Koto Panjang yang diresmikan pada 1997 menenggelamkan puluhan desa di Riau dan Sumatera Barat. Ribuan penduduk harus meninggalkan rumah dan tanah leluhurnya untuk dipindahkan ke lokasi baru.

Batang-batang pohon yang menjulang dari permukaan air danau adalah penanda masa lalu. Mereka berdiri kaku, seakan menjaga kenangan desa-desa yang tak lagi bisa dijamah. Setiap kali melewati pemandangan itu, saya membayangkan kehidupan yang pernah ada—ladang, rumah, bahkan suara anak-anak yang dulu bermain di tepian.

Ikon Wisata Baru Riau

Kini, Gulamo berdiri sebagai ikon wisata alam Riau bersama Ulu Kasok yang disebut “Raja Ampat-nya Riau.” Pemerintah Provinsi Riau terus mendorong kawasan ini sebagai destinasi wisata unggulan, membuka peluang baru bagi masyarakat untuk mencari penghidupan di luar minyak bumi dan perkebunan sawit.

Perjalanan panjang dari Dumai hingga menyusuri Sungai Gulamo bukan hanya menawarkan keindahan alam, tapi juga refleksi sejarah. Di satu sisi ada pesona tebing, air hijau, dan ketenangan hutan. Di sisi lain ada kisah kehilangan desa yang tenggelam demi pembangunan.

Gulamo bukan sekadar wisata. Ia adalah perjalanan batin, menikmati keindahan sekaligus mengingat harga yang pernah dibayar oleh masyarakat untuk sebuah bendungan besar.***

Tags

Terkini