Video Promosi Pariwisata Filipina Jadi Sorotan, Habiskan Rp 13,5 Miliar Tapi

Video Promosi Pariwisata Filipina Jadi Sorotan, Habiskan Rp 13,5 Miliar Tapi
Foto: Dok. screenshot YouTube DOT Region 10

JAKARTA - Departemen pariwisata Filipina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya telah berulang kali meminta konfirmasi dari DDB (agensi pembuat video promosi) mengenai orisinalitas dan kepemilikan semua materi yang terkandung di dalamnya.

Dilansir Penjurupos dari detikTravel, Senin (3/7/2023), Video promosi pariwisata Filipina tengah menjadi sorotan.

Karena karya dengan pembuatan lebih dari Rp 13,5 miliar malah mempromosikan beberapa negara berbeda, termasuk Indonesia.

"Dalam semua kesempatan ini, DDB berulang kali meyakinkan DOT (departemen pariwisata) bahwa orisinalitas dan kepemilikan semua materi sudah beres," kata kementerian tersebut.

Namun, hasilnya di luar perkiraan. Beberapa gambar yang digunakan dalam video promosi dapat ditemukan di situs web penyedia rekaman.

Misalnya, cuplikan sawah ada di Pond5 dapat diidentifikasi bahwa lokasinya berada di Ubud, Bali Indonesia. Lalu, video bidikan udara bukit pasir berlokasi di Cumbuco, timur laut Brasil.

Rekaman lain menunjukkan seorang nelayan menebarkan jaring sambil mengenakan topi yang tidak biasa dipakai di Filipina dan seseorang mengendarai kereta di atas bukit pasir di Uni Emirat Arab.

Menteri Pariwisata, Christina Frasco, mengatakan kepada media lokal pada pekan lalu bahwa kampanye branding barunya menelan biaya 49 juta peso atau setara Rp 13,5 miliar.

Frasco mengatakan kementerian melakukan survei global yang menemukan bahwa, di era pasca pandemi, wisatawan menginginkan interaksi otentik dengan masyarakat. Slogan baru menggantikan "It's More Fun in the Philippines".

Pariwisata adalah industri utama di Filipina, yang menawarkan tempat menyelam dan pantai pasir putih. Tapi, negara ini masih tertinggal karena infrastruktur yang buruk dan biaya perjalanan yang tinggi.

Ada 2,7 juta turis masuk ke Filipina pada tahun lalu, turun 68 persen dari tingkat pra-pandemi pada 2019, menurut data Organisasi Pariwisata Dunia PBB.***

Editor: Redaksi

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index