PHUKET - Phuket Old Town menjadi destinasi yang tengah naik daun di Thailand. Deretan bangunan klasik yang berwarna-warni menjadi daya tarik tersendiri bagi penyuka fotografi.
Dikutip dari detikTravel, Mendengar kata Phuket, traveler mungkin akan terbayang keindahan pantainya. Namun, Phuket mempunyai destinasi kota tua bernuansa China yang juga menarik dikunjungi.
Selain itu, deretan restoran, kafe, hingga toko fesyen juga menjadi alasan kuat untuk wisatawan datang ke sana. Tujuan mereka tentunya untuk menikmati kuliner dan berbelanja.
Alasan-alasan ini agaknya juga mendorong detikTravel untuk datang ke Phuket Old Town pada Senin (26/06/2023) sore. Meskipun bukan akhir pekan, suasana tetap ramai. Kebanyakan yang datang adalah wisatawan asing dari China dan India.
Para wisatawan ini memadati pedestrian karena cara terbaik untuk menikmati Phuket Old Town memang dengan berjalanan kaki. Di sana terdapat sejumlah jalan yang dapat ditelusuri yakni Thanon Klang, Thanon Dibuk, Thanon Phang nga, Thanon Yaowarat, Thanon Krabi dan Soi Romanee.
Satu hal yang begitu mencolok dari kawasan ini adalah bangunan-bangunan tempo dulu yang terawat dengan baik. Bangunannya juga memiliki desain unik yang disebut arsitektur Sino-Portugese.
Gaya arsitektur ini merupakan warisan peranakan. Peranakan sendiri adalah sebutan bagi keturunan orang China dengan Malaya yang membentuk budaya baru hasil gabungan dari China Hokkien dan Malaya.
Untuk diketahui, peranakan ini sebenarnya tak cuma tinggal di Phuket atau Thailand secara umum. Mereka juga tinggal di Indonesia, Singapura, dan Melaka.
Nah, mengenai eksistensi peranakan di Phuket, hal itu tak dapat terlepas dari aktivitas perdagangan di masa lalu. Dilansir dari Bangkok Post, Ahli Konservasi Kota Phuket bernama Dr Yongtanit Pimonsathean menjelaskan pada abad ke-19, Phuket bukanlah kawasan wisata seperti sekarang melainkan area tambang.
Saat itu pada masa pemerintah Raja Rama IV, orang Phuket lebih sering berdagang dengan orang dari Penang yang mayoritas adalah imigran China dan peranakan. Hal itu karena jarak Phuket-Penang yang lebih dekat ketimbang Phuket-Bangkok.
Maka tak heran ketika datang ke sini, traveler akan menemukan banyak restoran bergaya China namun makanan yang disajikan merupakan perpaduan antara China, Malayu dan Thailand.
Selain itu, banyak bangunan bergaya Sino-Portuguese yang difungsikan menjadi hotel. Bila traveler ingin merasakan sensasi menginap di bangunan ala peranakan, tak ada salahnya menginap di sini.
Perpaduan berbagai budaya juga dapat traveler rasakan di Sunday Market yakni pasar dadakan yang hanya buka di hari Minggu. Jam bukanya mulai 16.00 - 20.00.***
Editor: Redaksi