Ancang-ancang Opsi Lain Demokrat Jika Cawapres Anies Belum Terang

Ancang-ancang Opsi Lain Demokrat Jika Cawapres Anies Belum Terang
Jajaran petinggi Partai Demokrat dan Ketum Partai Demokrat AHY. (Rifkianto Nugroho/detikcom)

JAKARTA - Partai Demokrat mulai berancang-ancang seandainya Cawapres Anies Baswedan tak juga diumumkan. Demokrat memikirkan opsi lain seandainya sampai Juni 2023 nanti tidak ada perubahan dengan kondisi tersebut.

Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief. Dia mulanya menjelaskan penyebab elektabilitas Partai Demokrat kini turun versi Survei Litbang Kompas.

"Survei kompas merupakan rujukan kami memang kita ada penurunan tapi sedikit ya, dan hampir semua parpol mengalami penurunan, dan cukup dalam, kecuali Gerindra dan PDIP yang stabil, bahkan Gerindra cukup naik," kata Andi Arief kepada wartawan, Selasa (23/5/2023).

Andi Arief menyebut pihaknya belum mengetahui alasan secara pasti Demokrat tiba-tiba turun pada survei Litbang Kompas. Dia menduga ada sejumlah faktor yang jadi penyebab.

"Kita belum begitu jelas kenapa Partai Demokrat mengalami penurunan, bahkan sejak 14 persen itu. Sedang kita pelajari apa penyebabnya, apakah di bawah, yaitu struktur organisasi atau di isu politik atau soal koalisi atau gabungan ketiganya," ucapnya.

"Ini sedang kita pelajari bersama karena penurunan ini tentu pasti ada penyebabnya ya, sedang kami pelajari. Rasanya kami tidak banyak lakukan kesalahan, kecuali memang koalisi memang belum terbentuk," lanjut dia.

Andi Arief lantas mengungkit faktor capres dan cawapres yang tidak kunjung dideklarasikan oleh Koalisi Perubahan. Menurutnya, ini juga mempengaruhi elektabilitas ketiga partai.

"Mungkin hipotesanya soal koalisi, kalau koalisi segera terbentuk, maksudnya capres cawapresnya deklarasi, kalau menurut survei Kompas ini kan ada kemungkinan Partai Demokrat dan pendukung Koalisi Perubahan akan naik, tapi juga masih hipotesa mengandaikan bahwa itu ada coattail effect. Sedang kita pelajari," ujarnya.

Atas dasar itu lah, Andi Arief pun menyuarakan bahwa partainya tengah memikirkan opsi lain jika situasi ini tidak berubah sampai Juni 2023. Dia menyebut tak kunjung dideklarasikannya Cawapres Anies berdampak pada elektabilitas partai pengusungnya.

"Sedang kita pelajari dan memang kami menargetkan bulan Juni akan ada deklarasi, kalau bulan Juni tak akan ada deklarasi, maka akan sulit buat partai partai pendukung seperti NasDem, PKS dan Demokrat. Ya artinya bahwa kemungkinan-kemungkinan opsi lain juga akan dipikirkan," ujar dia.

Respons NasDem

Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai NasDem Ahmad Ali merespons pernyataan Andi Arief. Ali menilai Partai Demokrat mencari opsi lain lantaran tidak mendapat kepastian ketumnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan jadi cawapres Anies Baswedan.

"Mau ambil opsi lain? Pasti di pikiran kamu opsi lain itu Demokrat mau menarik diri dari Koalisi Perubahan. Atau mungkin bisa jadi karena ketidakpastian AHY jadi wapres, atau dia ingin mengatakan bahwa kalau Anies tidak dengan AHY, kami akan keluar," kata Ali saat dimintai tanggapan.

Ali mengatakan sejak awal partai di KPP sudah sepakat untuk membentuk kerja sama. Bahkan, berdasarkan piagam perjanjian, setiap partai menyerahkan keputusan cawapres kepada Anies Baswedan.

Ia mengatakan turunnya elektabilitas Partai Demokrat di Litbang Kompas juga dialami oleh NasDem. Ia menilai bisa saja penurunan itu lantaran ada partai yang ingin memaksakan kadernya menjadi pendamping Anies.

"Kalau kemudian mengenai ini kan survei Kompas terakhir kan, ada penurunan atau suara Demokrat agak menurun kan, termasuk NasDem, terus menjadi alasan itu, ya saya berpikir lain juga," tutur Ali.

"Jangan-jangan Anies ini tidak naik surveinya dan kemudian partai-partai yang berkoalisi turun surveinya karena ada partai yang sudah secara terbuka memasang-masangkan, terkesan memasangkan Anies dengan kader tertentu," sambungnya.

Menurutnya, supaya asumsi seperti itu tak beredar, sudah semestinya anggota partai di KPP tak menyampaikan pernyataan yang membuat gaduh. Ali mengingatkan komitmen awal terbentuknya Koalisi Perubahan.

"Supaya kita tidak membangun asumsi yang kemudian membuat kegaduhan, yang berpotensi membuat keretakan di internal koalisi. Sebaiknya semua kader atau parpol konsisten saja dengan pernyataan tunduk ketumnya. Bahwa kenapa kemudian partai politik selalu ditempatkan sebagai institusi yang tidak dipercaya rakyat karena inkonsistensi itu. Jadi hari ini bicara mendukung Anies tanpa syarat, eh besok ketika tidak diuntungkan saya mundur deh," imbuhnya.

PKS Tegaskan Koalisi Solid

Tak hanya NasDem, PKS juga buka suara. Juru Bicara PKS Muhammad Kholid menegaskan sampai saat ini Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) solid.

"Sejauh ini sih baik-baik saja komunikasinya tidak ada pesan ancaman. Mas AHY, Pak Syaikhu dan Bang Surya sangat bagus, kompak dan solid," ujar Kholid kepada wartawan.

Kholid menuturkan partainya menghormati sikap Partai Demokrat. Namun, dia berkata PKS tetap akan berkomitmen dengan KPP.

"Kami tentu menghormati sikap Partai Demokrat jika memang itu menjadi pilihan politiknya," katanya.

"Insyaallah, PKS akan komitmen bersama KPP. Kami bertekad 'berlayar bersama KPP' mengusung Anies Rasyid Baswedan sebagai Capres RI," sambungnya.

Sementara itu, Juru Bicara PKS Muhammad Iqbal mengatakan pengumuman cawapres memerlukan kajian yang matang. Sebab itu, dia menyebut untuk tidak terburu-buru dalam pengumuman.

"Cawapres perlu kajian yang matang dan tidak perlu buru-buru, karena kita mencari sosok yang terbaik dari yang terbaik dan memiliki elektabilitas yang tinggi , berpeluang menang," tuturnya.

Sumber: detik.com

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index