Peluang Baru dalam Pergeseran Digital di Asia Tenggara: Thailand Muncul sebagai Pusat AI Baru di ASEAN

Senin, 29 Desember 2025 | 11:24:44 WIB
Huawei Logo(1).jpg
BANGKOK, THAILAND - Media OutReach Newswire - 29 Desember 2025 – Di tengah perhatian global yang masih tertuju pada persaingan AI, kini Thailand mulai membangun identitas baru sebagai "Pusat AI bagi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (PERBARA/ASEAN)". Pemerintah terus mendorong inisiatif "Thailand 4.0" secara konsisten, dengan menempatkan ekonomi digital sebagai penggerak utama transformasi nasional.

Perluasan AI dan pusat data di Thailand mendorong sejumlah tren transformatif, antara lain:
  • Perubahan pola lalu lintas data. Seiring bertambahnya pusat data di Bangkok, Chonburi, dan wilayah lainnya, Thailand berkembang dari "titik transit" data tradisional menjadi "pusat konvergensi" regional. Lalu lintas digital timur–barat makin meningkat, dengan klaster pusat data di Thailand yang kian mampu memenuhi kebutuhan komputasi Asia Tenggara dan kawasan Asia-Pasifik yang lebih luas.
  • Optimalisasi perutean data. Aliran data yang sebelumnya bergantung pada kabel bawah laut melalui Hong Kong dan Singapura sedang dialihkan ke koridor digital berbasis darat yang menghubungkan Tiongkok, Laos, dan Thailand. Rute ini mengurangi latensi transmisi data dari wilayah barat daya Tiongkok ke Asia Tenggara.
  • Peningkatan ekspektasi bisnis. Permintaan pasar bergeser dari sekadar "ketersediaan bandwidth yang memadai" menuju "pengalaman berkualitas tinggi". Thailand berada pada "titik latensi optimal" bagi pasar utama Asia-Pasifik, dengan latensi ke Singapura, Vietnam, dan Malaysia yang berada dalam kisaran optimal. Hal ini menjadi keunggulan penting bagi sektor yang sangat peka terhadap latensi, seperti kendaraan otonom, pelayanan kesehatan jarak jauh, dan teknologi keuangan.
Peluang baru tentu membawa tantangan baru, dan Thailand juga menghadapi tiga tantangan berikut:

1. Lonjakan lalu lintas yang membebani jaringan yang ada: Dibandingkan dengan pusat yang telah matang seperti Singapura, Thailand masih memiliki keterbatasan jumlah kabel bawah laut internasional. Sebagian besar data lintas negara masih harus ditransmisikan melalui jalur memutar. Sementara itu, seiring peningkatan investasi pusat data, volume lalu lintas juga akan terus bertambah. Analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2029, kapasitas pusat data Thailand bisa mencapai 2.000 MW, dengan lalu lintas ke luar wilayah yang melonjak hingga 630 Tbps. Arsitektur jaringan saat ini sudah tidak mampu mendukung beban lalu lintas sebesar itu lagi.

2. Keunggulan latensi belum sepenuhnya terwujud: Meskipun memiliki keunggulan geografis, tetapi kinerja latensi jaringan Thailand belum mencapai potensi maksimalnya sepenuhnya. Rute menuju pasar utama, seperti Tiongkok, masih memerlukan transit pihak ketiga. Selain itu, penjadwalan jaringan tradisional belum memiliki kapabilitas pemilihan rute secara cerdas, sehingga menyulitkan penyediaan jaminan deterministik bagi layanan yang peka terhadap latensi, seperti transaksi keuangan dan interaksi AI waktu nyata.

3. Potensi risiko terhadap keandalan jaringan: Keandalan jaringan Thailand menghadapi tantangan struktural. Titik kegagalan tunggal sebelumnya pernah menyebabkan interupsi layanan penting selama berjam-jam, yang melemahkan kepercayaan pengguna korporasi secara langsung.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Thailand bisa menempuh pendekatan yang sistematis dalam meningkatkan infrastruktur digitalnya, dengan tujuan membangun jaringan generasi berikutnya yang siap mendukung AI.

1. Membangun konektivitas "laut–darat" dengan bandwidth yang sangat tinggi. Dengan menghadirkan kabel bawah laut yang baru secara aktif, Thailand bisa meningkatkan konektivitasnya dengan kawasan Asia-Pasifik dan dunia secara signifikan. Sementara itu, percepatan pembangunan dan perluasan jalur kabel darat utama, seperti Tiongkok–Laos–Thailand dan Thailand–Malaysia–Singapura, akan mengubah keunggulan geografis Thailand menjadi keunggulan konektivitas yang nyata.

2. Mengoptimalkan rute jaringan untuk membentuk inti regional dengan latensi rendah. Penguatan rute kabel darat Kunming–Laos–Thailand akan menurunkan latensi transmisi secara berkelanjutan antara Tiongkok dan Thailand, sehingga mampu memenuhi kebutuhan aplikasi waktu nyata. Selain itu, penerapan jaringan otonom akan memungkinkan pemilihan rute terbaik dan terpendek secara otomatis, sehingga bergeser dari pendekatan "upaya terbaik" menuju "latensi rendah yang deterministik".

3. Merancang arsitektur dengan ketahanan tinggi yang "tidak pernah terputus". Penerapan jaringan pusat data aktif-ganda dengan kemampuan peralihan dalam hitungan milidetik memastikan keberlangsungan layanan inti. Sementara itu, operasi dan pemeliharaan cerdas berbasis AI dapat memangkas waktu deteksi dan diagnosis gangguan dari hitungan jam menjadi menit.

Pesatnya pertumbuhan industri AI dan pusat data di Thailand mendorong peningkatan yang cepat pada permintaan bisnis regional dan lintas negara. Dalam tren ini, pembangunan infrastruktur jaringan yang berpusat pada pusat data menjadi mesin utama yang mendorong transformasi AI, serta membawa Thailand menjadi makin dekat dengan visinya untuk menjadi pusat AI yang baru bagi ASEAN.

Hashtag: #huawei

The issuer is solely responsible for the content of this announcement.

Tags

Terkini