Oleh : Rahmat Hidayat
BENGKALIS - Adzan berkumandang pada senja temaram, langit mulai gelap pertanda malam menjelang. Seorang pengendara motor melintas di Jalan sepi menuju arah komplek perumahan.
Suara Adzan semakin jelas terdengar pertanda dekat asal suara. Pemotor hapal betul suara Adzan tersebut berasal dari suara yang tidak asing baginya. Iskandar ustad muda jebolan pesantren Tanah Jawa. Adzan masih terus berkumandang dari masjid tak jauh dari kediamannya.
Tak berselang lama motor memasuki pekarangan sebuah rumah sederhana, pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya menyambutnya. Ternyata istrinya, Markonah wanita keturunan suku Jawa kelahiran Pulau Sumatera.
Pemotor bergegas memasuki rumah dan segera mandi serta berpakaian rapi. Setelahnya dengan setengah berlari menuju masjid istrinya turut pula serta. Mereka berdua akan sholat magrib berjamaah bersama para tetangga.
Singkat cerita usai sholat saat berjalan pulang menuju rumah, pemotor tersenyum kecut. Istri disamping tertegun melihat tingkah laku suami dan dalam hati bertanya ada apa gerangan.
Ternyata pemotor teringat saat bergegas pulang saat magrib tadi. Nyaris terjadi peristiwa ngeri akibat tergesa dan pikiran melayang entah kemana. Motornya hampir saja menabrak tembok pembatas Jalan.
Alhamdulillah, musibah itu urung terjadi karena tersadar dan kendalikan diri. Puji syukur kepada Allah Azza Wa Jalla yang masih senantiasa melindungi. Karena itulah pemotor tersenyum kecut jika teringat kembali kejadian saat pulang tadi. Bersyukur terhindar dari marabahaya dan selamat sampai di rumah berkumpul bersama istri.
Disini awal mula kisah pengendara motor disebut pada awal cerita, Syafruddin namanya. Polisi berpangkat AIPTU bertugas di Polres Bengkalis, jabatan BHABINKAMTIBMAS. Dikenal sebagai sosok bersahaja, taat beragama serta rukun dengan tetangga.
Hidupnya hanya berdua bersama istri tercinta di Kota Bengkalis Negeri Junjungan. Karena sepasang buah hati tinggal diluar Kota, sulung seorang putra telah bekerja dan berkeluarga tinggal di lain Kota. Adiknya, putri kuliah di Universitas Negeri di Ibukota Provinsi kost disana demi meraih cita-cita.
Selepas magrib dari masjid, Syafruddin langsung makan malam berdua bersama istri. Lauk-pauk dan sayur-mayur sederhana terhidang di atas meja namun tetap menggugah selera. Lahapnya mereka makan berdua terlihat piring suaminya nasi tinggal sedikit saja. Istrinya lantas berkata kepada Ayah dari anak-anak tercintanya.
"Mas ditambah nasinya, lahab sekali makannya." tawar istrinya, Syafruddin anggukkan kepala seraya sodorkan piring makannya. Dalam hati Syafruddin bergumam, pucuk dicinta ulam tiba, lantas berkata.
"Boleh buk! kebetulan masih terasa lapar karena seharian banyak pekerjaan, lauknya jangan lupa ditambah juga ya." ujar Syafruddin mengiyakan tawaran istrinya.
Usai makan malam bersama dan istri bereskan hidangan dimeja, kemudian Syafruddin beranjak menuju ruang keluarga. Istri langsung ke dapur dan sesaat keluar membawa segelas teh panas. Sebuah kebiasaan suami yang dia pahami sejak mula berumah tangga.
Tawarkan minuman dan duduk berhadapan pada sebuah kursi sofa terlihat kusam. Istri Syafruddin lantas membuka percakapan dengan melontarkan sebuah pertanyaan.
"Mas! kok pulangnya lambat sudah masuk waktu magrib baru sampai dirumah." tanya istrinya pelan.
Syafruddin bukannya menjawab langsung pertanyaan istrinya, malah mengambil gelas dan menyeruput teh panas. Usai meneguk barulah sejurus kemudian Syafruddin berkata kepada.
"Tadi siang ada kebakaran lahan perkebunan dilahan warga karena ulah seorang ingin bersihkan kebun dengan cara membakar, apinya menjalar dan terus berkembang pada akhirnya terjadi kebakaran lahan, Alhamdulillah api dapat dipadamkan menjelang sore setelah berjibaku dengan petugas BPBD, TNI dan warga, selepas itu ada pula kejadian lain." Syafruddin menjawab pertanyaan istri, namun tidak menjelaskan tentang kejadian lanjutan.
Istrinya anggukkan kepala memahami kenapa suami terlambat pulang namun masih ada rasa penasaran menggelayut di pikiran. Satu lagi pertanyaan butuh jawaban, setelah memadamkan kebakaran lahan. Apalagi yang terjadi sehingga terlambat pulang, dan spontan meluncur pertanyaan susulan.
"Kejadian apalagi mas setelah itu sehingga terlambat pulang." tanya istrinya sekali lagi.
"Iya buk! tadi ada RT menghubungi katanya ada warga ribut-ribut, padahal saat itu mas sudah mengarah pulang setelah ikut memadamkan kebun warga terbakar, akhirnya motor berputar arah menuju rumah RT Arif yang menghubungi." Syafruddin jelaskan penyebab terlambat pulang, dan kembali berkata.
"Biasalah buk masalah sepele, anak-anak main bersama dan ujung-ujungnya ada yang berkelahi, namanya anak-anak sebentar ribut dan tak lama baikan kembali tetapi orang tua ikut-ikutan sehingga terjadi perkelahian, mau tak mau harus diselesaikan syukurlah kedua pihak mau di damaikan secara kekeluargaan sehingga tidak berujung membuat pengaduan." urai Syafruddin seraya menghela napas panjang.
Tak berselang lama istri pamit setelah mendengar penyebab keterlambatan suaminya pulang. Ternyata ada pekerjaan harus di selesaikan meski pada saat itu waktunya pulang. Memecah kesunyian malam, istrinya berkata.
"Mas! ibuk ke dapur dulu karena mau merapikan kain cucian siang tadi, karena kalau sudah rapi besok hanya tinggal di seterika saja, kalau mas butuh apa-apa tinggal panggil." ujar istri, dan Syafruddin anggukkan kepala.
Setelah kepergian istri ke dapur, Syafruddin tinggal sendiri tidak ada dia lakukan. Hanya menatap ke awang-awang seraya mengingat rutinitas sehari-hari. Sebagai seorang Polisi terlebih dengan jabatan Bhabinkamtibmas. Harus selalu siaga karena kerap terjadi peristiwa tanpa terduga.
Syafruddin alihkan pikiran dari mengingat rutinitas pekerjaan keseharian. Kini pikirannya menerawang mengingat masa lalu banyak yang telah dilalui. Saat pertama berkarir sebagai Polisi baru berumah tangga dan anak-anak masih balita. Saat itu suka-duka silih berganti mesti dihadapi apapun yang terjadi. Memori masa silam menggugah perasaan dada bergetar terasa ada yang hilang.
Kembali pada realita, kini hidupnya jauh dari putra-putri tercinta kesepian kerap melanda, hanya istri menjadi teman setia. Pemberi semangat dalam setiap langkah serta pelipur lara jika hati gundah gulana. Momen bersama hanya saat Hari Raya tiba atau jika ada cuti bersama.
Seperempat abad mendampingi dirinya sebagai kepala keluarga juga seorang Polisi. Istrinya paham bagaimana tugas mesti di hadapi sehingga jarang bertanya jika sedang bekerja. Jadwal pulang kerja tidak menentu, karena situasi dan kondisi lapangan menjadi patokan.
Menjadi Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat adalah melakukan pembinaan, deteksi dini, dan mediasi/negosiasi untuk menciptakan kondisi yang kondusif. Menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Segala situasi mesti dihadapi karena masyarakat hanya tahu, apapun persoalannya Bhabinkamtibmas yang menyelesaikannya. Terkadang persoalan sepele dan diluar tanggung jawab sebagai Bhabinkamtibmas tetapi harus ikut menuntaskan.
Karena ekspektasi masyarakat terhadap Bhabinkamtibmas sangat luar biasa. Tidak mengenal batas waktu, aneka persoalan menjadi santapan. 24 jam waktu yang ada harus tetap siaga, ada laporan harus bersegera itulah jawabnya. Karena itu istrinya tidak pernah mengeluh jika Syafruddin pulang tidak tepat waktu. Tahu benar pasti banyak kesibukan dihadapi, karena sebagai Bhabinkamtibmas melayani segenap masyarakat. Hal-hal sepele di libatkan semua mesti di kerjakan mau apalagi sebagai mitra masyarakat harus siap.
Alam pikiran Syafruddin masih menerawang dan berkelana entah kemana. Terlihat posisinya seperti orang tertidur padahal tidak demikian adanya. Mata terpejam pikiran terus menerawang penggal demi penggal perjalanan hidup muncul kembali dalam ingatan. Istri masih berkutat di dapur dan belum kembali berkumpul bersamanya di ruang keluarga. Syafruddin nyaris benar-benar tertidur di sopa kusam namun urung terjadi karena telepon genggamnya berbunyi.
Malas rasanya menjawab karena letih dan kantuk masih mendera. Rutinitas kerja siang tadi sangat luar biasa menguras pikiran dan tenaga. Namun pada akhirnya Syafruddin raih juga Ponselnya, karena baginya apapun situasi panggilan masyarakat harus ditanggapi. Itulah tugas seorang Polisi mengabdi dengan sepenuh hati kesampingkan ego pribadi dan segera menjawab.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, ooh pak RT Udin rupanya, ada apa pak RT." jawab Syafruddin menjawab panggilan.
Terlibat percakapan dan mendengar penjelasan yang baru di sampaikan seketika juga kantuknya hilang. Syafruddin bergegas memanggil isteri untuk menjelaskan bahwa ada panggilan dari RT Udin.
"Buk! kemari sebentar mas mau keluar rumah ada laporan dari pak RT Udin, katanya ada kejadian pencurian pelaku sudah tertangkap, harus cepat diamankan." teriak Syafruddin karena istrinya masih berada di dapur.
Setelah menjelaskan kepada istri tercinta, Syafruddin berganti pakaian yang telah di siapkan. Segera keluar rumah menuju lokasi rumah pak RT Udin, tak lupa Syafruddin berpesan kepada istri agar selalu berhati-hati jika ditinggal sendiri. "Hati-hati dan jaga rumah, mas belum tahu pulangnya kapan." ujar Syafruddin berpesan dan pamit pergi.
Syafruddin takut jika terlambat datang bisa saja terjadi hal-hal tidak di inginkan pada pelaku pencurian. Ada yang memprovokasi dan pelaku yang sudah tertangkap bisa saja di hakimi warga. Karena itu Syafruddin bergegas berangkat meski letih dan kantuk belum terobati.
Berpacu dengan waktu bersama kendaraan dinasnya waktu menunjukkan Pukul 21:30 WIB. Syafruddin telah pergi, istri segera memasuki rumah sambil periksa pintu dan jendela.
Setelah semua selesai dikerjakan dan terasa aman kembali duduk di sopa. Matanya terpejam, ternyata memanjatkan doa dengan suara lirih berkata agar suami tercinta selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
"Ya Allah Ya Rabb yang maha pengasih dan maha penyayang hanya kepadamu aku bermohon berilah perlindungan terhadap suamiku dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang abdi Negara, sehatkan selalu jiwa dan raganya untuk mengabdi dengan tulus dan ikhlas kepada masyarakat, dan permudah segala urusannya hanya kepadamu aku memohon pertolongan karena engkaulah satu-satunya penguasa sekalian alam, Amiin-amiin Ya Rabbal Alamin." suaranya bergetar memanjatkan doa untuk suami tercinta.
Puluhan tahun hidup berdampingan paham benar bagaimana karakter Syafruddin. Sebagai suami atau sebagai Polisi, yang pasti Syafruddin tidak akan pulang jika pekerjaannya belum selesai.
Syafruddin dengan semangat memacu motor ke lokasi kejadian sedikitpun tidak terlihat letih meski hanya beristirahat sebentar. Baginya panggilan tugas adalah segalanya apapun situasinya harus segera diselesaikan. Bahkan jika ditengah malam buta ada panggilan sekalipun hujan deras tidak menjadi kendala. Tetap ditanggapi dan segera meluncur menuju lokasi yang menghubungi. Tugas beruntun kerap dihadapi bukan sekali dua sudah menjadi hal biasa baginya.
Syafruddin menyadari begitulah tugas seorang Polisi selalu sigap dan siaga. Berkolaborasi dan bersinergi dengan semua pihak agar tercipta keamanan dan kerukunan. Bagi Syafruddin tugas adalah amanah mesti di kerjakan sesuai Sumpah Tribrata. Juga sebagaimana ajaran dari orang tua jadilah orang jujur dan berguna bagi semua. Karena itulah cita-citanya menjadi Polisi telah terpatri dari kecil dalam sanubarinya.
Sehingga tidak heran totalitas Syafruddin dalam melaksanakan tugas tidak perlu diragukan lagi. Meski terkadang stigma negatif kerap dialamatkan untuk institusi Polri. Syafruddin tidak ambil pusing baginya Polri adalah mitra masyarakat. Jika ada masalah di tengah-tengah masyarakat sebagai Bhabinkamtibmas harus segera diselesaikan sebaik dan secepat mungkin.
Polisi Penjaga Kamtibmas, Mitra Strategis Masyarakat dan Pemerintah Daerah mesti dilakoni dengan benar. Selaras dengan semboyan "PRESISI" Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan. Bagi Syafruddin pengabdian sebagai Polisi dan sumpah jabatan harga mati tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Polisi bukan hanya dituntut menjaga Kamtibmas berkutat dengan patroli keliling, menangani laporan masyarakat. Harus bisa mengedukasi tentang keamanan, meredam gejolak, dan meminimalisir konflik agar tidak terjadi gejolak. Kehadiran polisi harus berdampak positif bagaimana masyarakat merasa aman, nyaman dan tenteram. Sehingga masyarakat berpikir bahwa polisi menjadi bagian dalam kehidupan mereka dan bukan kebalikan.
Green Policing menjadi tantangan bagi Syafruddin karena pimpinannya Kapolda Riau, Irjen Pol Dr. Hery Heryawan, S.I.K., M.H., M.Hum telah menginisiasi. Memahami karakteristik Provinsi Riau meski baru saja menjabat dengan membuat sebuah terobosan spektakuler. Provinsi Riau dengan luas wilayah 89.935,9089.935,90 KM2 berdasarkan data terakhir Desember 2024. Serta luas hutan gambut 4,9 juta hektar menimbulkan berbagai problematika bagi Kepolisian.
Bukan rahasia lagi, Provinsi Riau termasuk daerah paling tinggi dan rawan terjadi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Bahkan satu masa dahulu pernah disebut-sebut sebagai pengekspor asap terbesar dari Indonesia. Tentunya Kapolda Riau terkini ingin menghapus dan menghilangkan stigma tak elok.
Green Policing merupakan kebijakan prioritas dalam upaya pelestarian lingkungan termasuk Karhutla. Green Policing sebagai pendekatan strategis dan humanis dalam menjaga ketertiban sosial dan keberlanjutan lingkungan hidup. Green Policing solusi unggul dalam menghadapi persoalan lingkungan yang semakin kompleksitas. Bukan saja karena Karhutla tetapi perambahan kawasan hutan semakin merajalela. Sebagai paru-paru Dunia selayaknya kita menjaga bersama Green Policing formulanya.
Bagi Syafruddin Green Policing menjadi pelecut di tengah semakin kompleksnya tugas sebagai seorang Bhabinkamtibmas. Pengabdian dan dedikasi harus terus terjaga, tugas dan pengabdian paling utama. Tidak butuh pengakuan atau tanda jasa kapanpun panggilan tugas mesti bersegera. Seperti dilakoninya kini, siang berjibaku dengan api seterusnya keributan antar warga, malam ini ada pula peristiwa pidana.
Setelah setengah jam perjalanan ke rumah RT Udin dan saat tiba warga telah ramai berkumpul. Terdengar teriakan pak Bhabin sudah datang, pak Bhabin sudah datang. Kalimat tersebut berulang diteriakkan, dan tak lama berselang datang seorang pria.
Berumur lebih kurang 40-an lantas segera menghampiri dan menyapa dengan akrabnya. "Pak Bhabin sudah datang, cepat sampainya pak." sapa pria itu, dan Syafruddin segera menjawab.
"Iya pak RT selesai saja ditelepon tadi saya langsung bergegas bergerak kemari, takut terjadi apa-apa dengan pelaku yang telah tertangkap oleh warga." ujar Syafruddin menjawab pertanyaan RT Udin.
RT Udin menjelaskan dimana pelaku pencurian diamankan untuk sementara. Serta menceritakan kronologis kejadian sampai pelaku tertangkap warga, dan lantas berkata.
"Pelaku mau mencuri sepeda motor yang terparkir di depan rumah salah satu warga tetapi gagal karena ketahuan dan pelaku berhasil di tangkap warga." sampainya kepada Syafruddin.
"Pelaku saya amankan sekarang ada di Pos Kamling dijaga ketat warga dan sudah saya wanti-wanti jangan main hakim sendiri, Alhamdulillah kayaknya mereka mengerti, ayo pak Bhabin segera kita menuju Pos Kamling dimana pelaku diamankan." kata RT Udin bersegera.
Sampai di Pos Kamling setelah melihat dan memeriksa pelaku pencurian serta barang bukti sebuah sepeda motor matic. Syafruddin segera menelepon Polsek agar segera membawa pelaku curanmor. Tak berselang lama pelaku beserta barang bukti dibawa ke Polsek untuk di proses.
Begitupula korban dan beberapa saksi ikut serta untuk memberi keterangan. Setelah semuanya selesai, Syafruddin ucapkan terima kasih kepada RT dan juga masyarakat sekitar karena telah menciptakan iklim kondusif.
"Mengucapkan terima kasih kepada pak RT beserta semua warga disini, karena telah menggagalkan aksi pencurian, dan yang sangat saya apresiasi bahwa tidak terjadi main hakim sendiri terhadap pelaku pencurian, kesadaran masyarakat terhadap proses hukum patut diacungi jempol, sekali lagi terima kasih atas kerjasama dan kepercayaannya kepada kami pihak kepolisian untuk menangani sesuai proses hukum yang berlaku, selanjutnya saya mohon pamit karena mau ke Polsek untuk membuat laporan." sampai Syafruddin seraya berpamitan.
Sedangkan isteri Syafruddin di rumah berada dalam keadaan gelisah, melirik arah jam dinding yang tergantung di sudut kamar. Waktu menunjukkan lewat tengah malam tepatnya Pukul 11:45 WIB. Masih saja berbaring dan tidak bisa tertidur meski matanya terasa kantuk. Suara detak jam dinding jelas terdengar di keheningan malam. Berharap detak tersebut ditimpali bunyi ketukan pada pintu pertanda suaminya, Syafruddin telah pulang.
Waktu seakan merayap, berjalan dengan lambat dan penantian adalah sebuah siksaan. Terlebih yang ditunggu tidak pasti jam berapa pulangnya dan seperti biasa tidak akan menghubungi. Karena khawatir akan menganggu kerjaan suami, pastinya jika telah selesai, Syafruddin akan langsung pulang. Namun rasa khawatir tetap ada meski telah terbiasa, ya namanya juga suami wajar saja itu terjadi.
Akhirnya setelah berharap dan menanti, ketika jam dinding menunjukkan Pukul 00:30 WIB terdengar raungan khas motor suami. Bergegas membuka pintu, setelah terbuka Syafruddin lantas masuk ke rumah. Istrinya menyambut dengan senyum ceria, diraihnya tangan suaminya dengan bergandengan mereka melangkah bersama.
Sekitar Pukul 01.00 WIB selesai membersihkan badan, Syafruddin memasuki kamar bersama istri untuk segera beristirahat. Karena siang tadi rutinitas kerja sangat luar biasa, Syafruddin berharap agar pagi tenaganya bisa bugar kembali. Seperti biasa harus bangun subuh dan melakukan rutinitas kewajiban kepada sang Pencipta. Tiada yang tahu apa akan terjadi esok, Syafruddin hanya berpikir melaksanakan tugas dan amanah seperti biasa. Mengabdi dan terus mengabdi tiada henti sebagai Bhabinkamtibmas penjaga Kamtibmas.
Rutinitas kemarin telah tuntas, dianggap hal biasa karena tidak sekali dua terjadi bekerja sampai larut malam. Bahkan pernah dari pagi ke pagi tiada henti, biasalah masalah Karhutla. Lelah memang terasa namun menjadi kewajiban yang mesti ditunaikan. Syafruddin tidak ingin pikirkan itu semua, saat ini hanya ingin menikmati istirahat malam menjelang pagi.
Terbawa ke alam mimpi, Syafruddin terbang ke angkasa sampai ke Negeri para Dewa melalang buana. Bercengkrama bermain bersama para Bidadari lupa akan kerja keras siang hari tadi. Letih dan penat hilang seketika hatinya terasa riang dan gembira namun mimpi indah buyar seketika. Saat istri bisikkan suara lembut di telinga dan spontan buyarkan mimpi indahnya.
"Mas bangun, sudah waktunya sholat Subuh." Syafruddin terbangun dan tertegun akan mimpinya, ada rasa geli dihati. Namun tidak ingin terlena, Syafruddin segera bergegas berdiri menuju kamar mandi. Bersihkan diri menunaikan kewajiban sebagai umat yang mesti taat pada perintah agama.
Kisah Syafruddin sosok seorang Polisi sebagai Bhabinkamtibmas, bekerja tanpa kenal lelah. Waktu dan situasi tidak menjadi penghalang baginya, tugas dan tanggungjawab lebih utama. Menjamin Kamtibmas, sebagai mitra masyarakat dan Pemerintah Daerah. Terlebih Kapolda Riau atasannya telah inisiasi Green Policing sebuah terobosan terkait Lingkungan mesti disosialisasikan dan diterapkan.
Akhir kata Selamat Hari Bhayangkara Ke-79, "Rastra Sewakottama" Polisi Pelayan Utama Bangsa. Semakin bertambah usia semakin berkarya dan semakin dicinta. Ciptakan terus inovasi dan prestasi dedikasi tiada henti rakyat senantiasa dihati. Salam "PRESISI" dari kami Jurnalis Mitra Sejati sebagai Pilar keempat Demokrasi.***