BENGKALIS - Pada Rabu 5 Juni 2025 (H-1 Iduladha), masyarakat mengalami penderitaan luar biasa akibat minimnya armada roro yang hanya berjumlah tiga unit. Berdasarkan pantauan langsung dan wawancara dengan warga.
Tercatat antrian kendaraan dan penumpang ada yang sejak pukul 11.00 WIB dan hingga 18.19 WIB tidak juga berangkat, masyarakat masih tertahan dalam antrian panjang.
Herizal, Koordinator Daerah BEM se-Riau Wilayah Bengkalis menegaskan, apa yang terjadi ini adalah bentuk nyata dari kelalaian struktural yang sangat merugikan masyarakat. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan antrian hingga 7 jam di tengah arus mudik Idul adha.
"Pemerintah Daerah dan kepala Dinas Perhubungan jelas tidak belajar dari tahun-tahun sebelumnya. Ini adalah krisis yang bisa dicegah, namun justru diabaikan. Saya harap kepala Dinas Perhubungan harus turun tangan dan tegas dalam mengambil tindakan," ujarnya.
Situasi ini sangat tidak manusiawi. Masyarakat menunggu dalam kondisi terik matahari, dan kelelahan fisik. Anak-anak, ibu hamil, lansia, hingga pengendara roda dua dan empat ikut terjebak dalam antrian panjang yang tidak menentu. Ini adalah cerminan buruknya manajemen transportasi publik di daerah Kabupaten Bengkalis.
"Kami menyatakan dengan tegas, Pemerintah Daerah dan Dinas Perhubungan gagal membaca pola mudik tahunan yang bisa diprediksi sejak jauh hari," sambung Herizal.
Ia juga menambahkan, tidak adanya tambahan armada dan buruknya koordinasi adalah bukti lemahnya perencanaan dan respon terhadap kebutuhan masyarakat.
"Kami menuntut adanya evaluasi kinerja pihak terkait dan penambahan armada secara darurat agar situasi tidak memburuk di hari puncak Iduladha, jangan biarkan penderitaan ini dianggap biasa. Ini bukan hanya soal teknis, ini soal kemanusiaan," tandasnya.***